Agam, Sindotime-Rangkaian bencana hidrometeorologi yang terjadi di Kabupaten Agam sejak pertengahan November kembali memperlihatkan dampak besar terhadap sektor perikanan. Ribuan pelaku usaha—mulai dari pembudidaya hingga nelayan pesisir—kehilangan sumber pendapatan setelah fasilitas dan produksi mereka tersapu banjir, longsor, serta fenomena upwelling di Danau Maninjau. Per 3 Desember 2025, pemerintah mencatat enam kecamatan terdampak mengalami kerugian sementara sebesar Rp 12,28 miliar.
Baca juga :Akses Maninjau–Bukittinggi Mulai Pulih, Warga Bisa Kembali Bernafas Lega
Kecamatan Tanjungraya menjadi wilayah yang menanggung beban terbesar. Fenomena upwelling di Danau Maninjau menyebabkan kematian ikan massal mencapai 252 ton, memukul ribuan pembudidaya Keramba Jaring Apung (KJA). Tidak hanya itu, material longsor menimbun 31,16 hektare lahan pembenihan dan menyeret lebih dari 25 juta benih, 15 ribu induk, serta 37,86 ton pakan.
Kerusakan Meluas ke Lima Kecamatan lain, Palembayan: Banjir bandang merusak 28 kolam air deras, menghancurkan 0,24 hektare kolam air tenang, serta menghanyutkan 4,72 ton ikan dan 1,65 ton pakan. Lubukbasung: Sekitar 25 ton ikan air deras hilang terbawa banjir. Sebanyak 13 unit kolam air deras rusak, ditambah 0,25 ton pakan dan 30 ribu benih yang ikut hanyut.
Lalu, Tanjungmutiara: Nelayan pesisir kehilangan 3 perahu, 4 mesin tempel, sekitar 70 alat tangkap, satu unit rumah pengolahan ikan, serta 0,1 ton ikan dan 25 ribu benih. Tilatangkamang: Hanyut 1,04 ton ikan, 10 ribu benih ikan mas, dan 80 induk lele. Kamangmagek: Kerugian berupa 7,5 ton ikan budidaya yang hilang.
Baca juga :Pastikan Identifikasi Korban dan Keamanan Warga Berjalan Cepat






