Bangunan kafe tersebut dibuat semi permanen, terbuat dari kayu yang diberi tirai untuk menghindari air hujan yang masuk. Dari balik tirai tersebut, siapapun juga bisa menyaksikan langsung suasana di dalam ruangan berukuran sekitar 7×12 meter, yang terletak tepat di belakang rumah Makan Padi Boneh tersebut.
Tidak ada sekat-sekat yang disediakan oleh pemilik kafe. Semua pengunjung justru diperlakukan sama dalam satu ruang besar. Juga tidak ada wanita malam, melainkan mereka yang datang merupakan suami istri yang betul-betul pecandu hiburan karaoke.
Dan satu hal yang menarik, kafe tersebut juga menyediakan mushala untuk beribadah para pengunjungnya yang dilengkapi mukena, kain sarung dan sajadah. Tidak seperti kafe-kafe lain pada umumnya, kafe ini hanya beroperasi mulai pukul 21.00 hingga 01.30. Ini sesuai dengan Perda Nomor 1 Tahun 2025 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum, di mana, jam operasional kafe atau tempat hiburan maksimal buka pukul 02.00.
Baca juga :Truk Beroda 22 Terguling, Jalan Sitinjau Lauik Macet Panjang
Dan jika dibandingkan dengan biaya operasionalnya, pendapatan yang diperoleh dari pengunjung kafe tersebut agaknya tidak sesuai dengan biaya sewa yang dikeluarkan pemilik. Di mana setiap minggunya dia harus membayar uang sewa sebesar Rp 700 ribu kepada pemilik bangunan.
“Jika dihitung jumlah pendapatan dari kafe tersebut sebenarnya tidak layak. Yang ada saya hanya nombok terus. Karena ada dua orang pegawai saya yang harus saya gaji. Kadang saya harus pakai uang pribadi saya untuk memberikan hak pegawai saya. Dan pakaian yang mereka kenakan juga sopan kok,” kata Ketua Forum Wartawan Parlemen (FWP) DPRD Sumbar tersebut diamini istrinya.
Anggota Jaringan Pemred Sumbar (JPS) tersebut juga tidak menampik, semula dia sebenarnya tidak tertarik untuk mendirikan kafe. Namun karena hobi bernyanyi, akhirnya dia membuat semacam tempat minum kopi yang pelanggannya bisa bernyanyi.
Selama dua tahun berdiri, juga tidak pernah ada masyarakat sekitar yang komplain dengan musik dari kafe tersebut. Ini karena memang lokasinya yang jauh dari permukiman masyarakat, dan lokasi tersebut hanya dipenuhi gudang-gudang besar yang hanya beraktivitas pada siang hari.






