Sumbar  

72 Unit Akses Starlink Rambah Kabupaten dan Kota di Sumbar

DIPASANG : Tim dari Komdigi ketika memasang akses Starlink.(pemprov sumbar)

Padang, Sindotime-Penguatan jaringan komunikasi di Sumatra Barat kini memasuki babak baru seiring masuknya dukungan akses internet berbasis satelit Starlink untuk wilayah rawan bencana dan daerah dengan keterbatasan infrastruktur telekomunikasi. Melalui kerja sama pemerintah pusat, sebanyak 72 unit akses Starlink dialokasikan untuk kabupaten dan kota di Sumbar sebagai bagian dari strategi pemulihan pascabencana sekaligus peningkatan kesiapsiagaan daerah.

Baca juga :Tiga Hari Hilang, Jasad Ihsan Ditemukan Mengambang tak Bernyawa di Permukaan Sungai Batang Anai

Distribusi bantuan dilakukan secara bertahap oleh dua lembaga negara, yakni Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kedua institusi ini berperan dalam memastikan keberlanjutan komunikasi, khususnya pada wilayah yang berpotensi mengalami gangguan jaringan akibat kondisi geografis maupun bencana alam.

Pada tahap pertama, Komdigi RI menyalurkan 32 titik akses Starlink yang diprioritaskan untuk lokasi-lokasi strategis dengan kebutuhan komunikasi tinggi. Sembilan daerah yang menerima bantuan tahap awal ini meliputi Kabupaten Padang Pariaman, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, Pasaman, Solok, Agam, Pesisir Selatan, serta Kota Padang Panjang dan Kota Padang. Akses internet satelit ini diharapkan dapat menopang aktivitas pemerintahan, layanan publik, dan komunikasi darurat.

Selanjutnya, BNPB menambah 40 titik akses Starlink pada tahap kedua. Bantuan ini secara khusus diarahkan untuk memperkuat sistem penanggulangan bencana di tingkat daerah, baik pada fase kesiapsiagaan, tanggap darurat, maupun pemulihan. Penyaluran tahap kedua mencakup Kabupaten Agam, Pasaman, Pasaman Barat, Solok Selatan, Padang Pariaman, Lima Puluh Kota, Pesisir Selatan, serta Kota Pariaman.

Dengan total 72 titik akses aktif, kehadiran Starlink dinilai krusial dalam menjaga konektivitas lintas sektor, terutama di wilayah terpencil dan kawasan yang kerap mengalami pemutusan jaringan saat terjadi bencana. Teknologi ini memungkinkan koordinasi antarlembaga tetap berjalan, distribusi informasi kebencanaan berlangsung real time, serta pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih cepat dan akurat.