Ia bahkan menekankan pentingnya pengawasan intensif dari kepala daerah maupun sekretaris daerah hingga distribusi air benar-benar kembali normal. Kehadiran langsung di lokasi, kata Vasko, akan mempercepat pengambilan keputusan dan meminimalkan hambatan teknis di lapangan.
Sementara itu, Direktur Utama Perumda Air Minum (Perumda AM) Padang, Hendra Pebrizal, menjelaskan bahwa krisis air bersih terjadi akibat kerusakan infrastruktur yang cukup parah dampak banjir bandang. Kerusakan terberat terdapat pada intake air di wilayah utara Kota Padang, di mana pipa sepanjang sekitar 1,5 kilometer terseret arus banjir, disertai kerusakan signifikan pada rumah pompa.
Akibat kondisi tersebut, dua intake utama hingga kini belum dapat dioperasikan. Intake Palukahan dengan kapasitas produksi 300 liter per detik serta intake pompa berkapasitas 200 liter per detik masih menunggu kedatangan dan pemasangan sejumlah komponen penting.
Baca juga :Percepat Relokasi Masyarakat Terdampak, Manfaatkan Tanah Negara dan Lahan Milik BUMN
Hendra menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan perbaikan dapat diselesaikan dalam waktu 10 hingga 15 hari. Namun, dengan dukungan cuaca yang bersahabat, proses tersebut diupayakan rampung dalam waktu sekitar satu minggu.
Meski demikian, upaya perbaikan menghadapi tantangan besar di lapangan. Tim teknis Perumda AM Padang harus bekerja di medan yang sulit, dengan empat titik longsor dan jembatan yang terputus di wilayah hulu, sehingga tidak dapat dilalui kendaraan roda empat.
Untuk menjangkau lokasi intake, tim harus menempuh jarak sekitar 7 hingga 8 kilometer tanpa akses jalan beraspal, serta mengandalkan alat berat untuk membuka jalur sementara. Kondisi ini memperlambat mobilisasi material dan peralatan perbaikan.






