DUKUNGAN: Menaker
Yassierli ketika memberikan kuliah umum di Studium Generale Seri #1 Universitas Andalas (Unand) yang digelar di Convention Hall Unand.(unand)
Padang, Sindotime-Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah
tampil sebagai salah satu peserta dalam Studium Generale Seri #1 Universitas
Andalas (Unand) yang digelar di Convention Hall Unand, Jumat (10/1). Kuliah
umum ini menghadirkan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Prof.
Yassierli, sebagai pembicara utama. Kehadiran Menaker Yassierli di acara ini,
menurut Mahyeldi, sangat berharga untuk memberikan wawasan dan masukan terkait
dunia ketenagakerjaan, khususnya di Sumatera Barat.
Dalam sambutannya, Mahyeldi menegaskan bahwa masalah
ketenagakerjaan adalah prioritas utama bagi Pemprov Sumbar, terutama dalam
upaya mengurangi angka pengangguran yang masih cukup tinggi. Untuk itu,
kehadiran Menaker Yassierli yang berbagi pengetahuan tentang perkembangan dunia
kerja, diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif bagi Sumbar.
Tema yang diangkat dalam Studium Generale kali ini,
“Artificial Intelligence dan Soft Skills: Mendukung Masa Depan Karir
Lulusan di Pasar Kerja,” sangat relevan dengan kondisi dunia
ketenagakerjaan yang terus berkembang, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Mahyeldi menyatakan bahwa tema tersebut penting mengingat perkembangan
teknologi dan keterampilan yang diperlukan untuk memasuki dunia kerja yang
semakin kompetitif.
Menaker Yassierli, yang juga berasal dari Sumatera Barat,
mengungkapkan bahwa dunia ketenagakerjaan Indonesia saat ini menghadapi
berbagai tantangan. Salah satunya adalah rendahnya kualitas tenaga kerja, yang
masih didominasi oleh sektor informal dengan tingkat pendidikan terbatas,
seperti SD hingga SMP. Lebih dari 50 persen angkatan kerja Indonesia bekerja di
sektor informal, yang membuat Indonesia harus menghadapi tantangan besar dalam
meningkatkan daya saing di pasar global.
Tidak hanya itu, Yassierli juga menyoroti rendahnya
produktivitas tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya. Dengan Human Capital Index (HCI) Indonesia yang hanya mencetak skor
0,53, jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand, tantangan untuk meningkatkan
kualitas tenaga kerja Indonesia semakin mendesak. Bahkan, produktivitas tenaga
kerja Indonesia juga tercatat di bawah rata-rata ASEAN.
Dalam pandangannya, Yassierli menekankan tiga tantangan
utama yang dihadapi di era digital, yaitu kecerdasan buatan (AI), akses
digital, serta robot dan sistem otonom. Sebuah survei menunjukkan bahwa 63
persen perusahaan mengalami kesulitan dalam mengadopsi teknologi digital karena
kesenjangan keterampilan (skill gap) yang ada. Oleh karena itu, ia menilai
penguasaan AI dan big data sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh tenaga
kerja masa depan.
Lebih lanjut, Yassierli menyarankan agar penguasaan
teknologi tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga diimbangi dengan
peningkatan soft skills, seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan
adaptasi terhadap perubahan. Menurutnya, kunci untuk menghadapi tantangan
transformasi digital ini adalah menyelaraskan teknologi dengan keterampilan
yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Rektor Unand, Efa Yonnedi, turut memberikan sambutan pada
kesempatan ini, bersama dengan Rektor UIN Imam Bonjol Padang, Martin Kustati,
serta sejumlah pejabat Pemprov Sumbar dan Kemnaker RI. Acara yang dipandu oleh
Wakil Rektor IV Unand, Prof. Henmaidi, ini menjadi ajang berbagi pengetahuan yang
sangat bermanfaat bagi para mahasiswa dan pihak terkait dalam mempersiapkan
diri menghadapi perubahan besar dalam dunia kerja di masa depan.(*/zoe)






