Perusahaan asal Malaysia Bantu Sumbar Olah Limbah Sawit
Padang, Sindotime-PT Malindo Care, perusahaan asal Malaysia memastikan
diri untuk berinvestasi di Sumbar. Investasi tersebut bergerak dalam bidang
pengelolaan limbah kelapa sawit melalui PT Kuliti Alam Hijau.
Perusahaan tersebut menawarkan kerja sama dalam hal mengolah
atau membersihkan limbah pabrik kelapa sawit. Di mana, hingga kini pabrik kelapa
sawit di Sumbar sudah ada yang berumur 20 tahun bahkan lebih dari 25 tahun. Dan
kolam-kolam limbahnya mungkin sudah ada banyak yang membeku.
“Menariknya lagi, mereka memberikan layanan ini mulai dari
pembersihan limbah hingga mengolahnya secara gratis. Dan mereka juga akan
membeli limbah hasil pembersihan dan olahan tersebut,” ujar Kepala Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar, Tasliatul Fuaddi saat sosialisasi upaya
penurunan emisi GRK di Pangeran Beach Hotel, Sabtu (24/5).
Karena itu, pihaknya sengaja mengundang pihak-pihak dari
pengolah kelapa sawit dalam sosialisasi tersebut. Sehingga pihak pengolah
tersebut bisa bertanya langsung kepada pihak investor tersebut terhadap apapun
kegiatan yang akan dilakukan tersebut nantinya.
Pihaknya bersyukur dengan adanya minat perusahaan tersebut
untuk berinvestasi di Sumbar. Sebab, penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) ini
juga sesuai dengan RPJPD Sumbar 2025-2045. Salah satunya di sektor penanganan limbah
kelapa sawit. Bagaimana emisi gas metan yang dihasilkan oleh limbah organik pabrik
sawit ini nantinya bisa ditekan.
Karena sumber emisi GRK tersebut seperti, karbon diogsida
(CO2) yang berasal dari bahan bakar fosil, deforestasi. Lalu metana (CH4) dari
perternakan, tempat pembuangan akhir sampah. Kemudian, Dinitrogen Oksida (N2O)
dari pupuk, pembakaran biomasa. Serta Gas Fluorinasi (HFCs, PFCs) dari Industri.
Semua ini akan berdampak pada pemanasan global (global
warming), perubahan iklim (climate change), kehilangan keanekaragaman hayati,
kenaikan permukaan air laut dan sebagainya. Untuk itu, pengurangan emisi GRK
bisa dilakukan dengan energi terbarukan (surya, angin, air), penghijauan &
reboisasi, efisiensi energy, transformasi ramah lingkungan serta mengurangi
limbah.
Karena, Sumbar menargetkan potensi penurunan emisi GRK hingga
16,9 juta ton atau (9,72 persen) CO2 pada 2030 nanti. Tentunya dengan melakukan
aksi mitigasi seperti penurunan emisi GRK sebesar 24,11 persen melalui
pemupukan, teknologi budidaya, dan pengelolaan ternak di bidang pertanian. Kemudian
sebesar 23,95 persen melalui penggunaan sumber energi terbarukan di bidang
energi.
Kemudian sebesar 8,41 persen melalui rehabilitasi hutan,
reboisasi dan pengembangan hutan sosial di bidang kehutanan dan lahan gambut. Serta
sebesar 5,32 persen di bidang pengolahan limbah dan sampah.
Saat ini Sumbar memiliki 52 perusahaan perkebunan kelapa sawit
dengan 13 pabrik kelapa sawit. Di mana, potensi emisi pada produksi pengolahan
kelapa sawit, pembukaan lahan dan perubahan tata guna lahan. Lalu pemupukan dan
penggunaan bahan kimia serta penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi
dan mesin pertanian atau perkebunan menghasilkan CO2.
Serta dalam pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) pabrik, yang
mana saat TBS diolah menjadi CPO, air limbah dari proses Palm Oil Mill Effluent
(POME) menghasilkan metana (CH4). Jika ini tidak dikelola dengan benar, metana
dari kolam anaerobic bisa menyumbang emisi yang sangat signifikan.
Salah satu aksi mitigasi emisi yang dapat dilakukan pada
industri pengolahan kelapa sawit yakni pengolahan limbah cair POME pertama menggunakan
sistem anaerobik atau biogas untuk mengolah (POME) yang mengandung bahan
organik tinggi, kedua limbah dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik biogas
atau pupuk cair organic.
Sedangkan untuk pengelolaan limbah padat pertama dengan
memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai pupuk kompos atau bahan bakar
biomassa. Kedua, cangkang dan serat buah sawit sebagai bahan bakar di boiler
menggantikan bahan bakar fosil
“Kita memberikan semua layanan ini secara gratis. Dan kami
juga akan memberikan bagi hasil kepada pihak pengolah kelapa sawit, sehingga
pihak pengolah kelapa sawit juga diuntungkan dengan kegiatan ini,” ungkap
Founder PT Malindo Care, Dato’ Paduka Seri Zainal Abidin Bin A Hamid.
Dia juga tidak menampik, berbagai persoalan yang ditemui di
lapangan dalam membersihkan kolam-kolam limbah pengolah sawit, seperti kolamnya
yang sudah keras dan sebagainya. Inilah nantinya yang diolah menjadi bahan
campuran sabun dan sebagainya.
Tidak hanya di Sumbar, sebelumnya kegiatan serupa juga sudah
dilakukan di Kalimantan. Dan beberapa bulan yang lalu juga di Nangro Aceh
Darusallam (NAD). Dan kini masih menunggu persetujuan dari Pemprov NAD.
“Jadi saya kira, kegiatan ini jelas sangat menguntungkan
bagi para pengolah sawit. Karena mereka dibantu untuk mengola limbahnya secara
gratis, dan juga kami berikan profit untuk mereka dari hasil kegiatan ini,”
timpal Dirut PT Malindo Internasional Indonesia, Dahnil Tarudin.
Sementara itu, Direktur PT Kualiti Alam Hijau (M) Sdn. Bhd,
Dato’ Endee Bin Zakari menyebut, layanan pembersihan pengolahan limbah efuen
pabrik kelapa sawit memiliki banyak manfaat, yakni pemulihan kapasitas kolam
dilakukan kembali, mengurangi risiko tumpahan minyak yang bisa menyebabkan
pencemaran, meminimalkan frekuensi kerusakan pada pompa, mencegah pencampuran
minyak lumpur dengan minya FFA tinggi yang menghasilkan minyak scum bernilai
rendah serta penyusutan dilakukan dari kolam 1 sampai kolam 3.
“Sejumlah servis kami lainnya yakni carbon credit developer, mangrove management, albizia plantation, sludge oil (SPO) dan scum oil, POME cleaning & Desludging, water treatment design dan grease trap sales & service,” katanya.(zoe)
COMMENTS