Harimau Sumatera Terjebak di Area BRIN Agam, BKSDA Lakukan Penanganan Bertahap
Agam, Sindotime-Warga Kototabang,
Nagari Kotorantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat
dikejutkan dengan adanya seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang
terpantau berada di dalam area perkantoran Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN).
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar kini tengah
menangani situasi ini dengan pendekatan hati-hati agar satwa dilindungi
tersebut dapat diselamatkan tanpa terluka atau mengalami stres akibat evakuasi
yang tergesa.
Menurut Kepala Resor Konservasi
Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar, Ade Putra, harimau yang terjebak merupakan
anak harimau yang diperkirakan berusia di bawah dua tahun dan kemungkinan besar
terpisah dari induknya. Sebagai langkah awal, tim konservasi berusaha melakukan
reunifikasi dengan mengarahkan anak harimau tersebut kembali ke lokasi
induknya, yang diduga masih berada di sekitar kawasan.
“Kami menduga masih ada tiga
individu harimau, termasuk induknya, yang berkeliaran di area hutan sekitar
BRIN. Maka dari itu, prioritas kami adalah mempertemukan kembali anak ini
dengan kelompoknya secara alami,” jelas Ade, Kamis (16/10).
Jika upaya pengembalian ini
tidak berhasil, tim BKSDA telah menyiapkan skenario alternatif, seperti
pemasangan kandang jebak atau pembiusan untuk mengevakuasi satwa secara aman.
Semua prosedur dilakukan mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Proses pemantauan di lapangan
melibatkan tim gabungan dari berbagai elemen, termasuk Pagari Anak Nagari
(Pasia Laweh, Baring, dan Salareh Aia), Centre for Orangutan Protection (COP),
serta mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Riau (UNRI). Teknologi drone
dengan sensor termal digunakan untuk memantau pergerakan harimau di dalam
kompleks BRIN yang berpagar beton setinggi 1,5 meter.
“Satwa ini belum keluar dari
area karena akses masuk dan keluar hanya melalui satu pintu utama. Demi
keselamatan, kami menghentikan sementara seluruh aktivitas di lokasi,” tambah
Ade.
Sebelumnya, individu harimau
yang sama diduga sempat terlihat melintas di jalan raya penghubung
Bukittinggi–Medan pada Minggu dini hari (12/10), berdasarkan rekaman CCTV di
sekitar area BRIN. Kemunculan berulang ini mengindikasikan adanya gangguan pada
jalur jelajah harimau akibat fragmentasi habitat dan ekspansi aktivitas manusia.
“Kondisi ini menjadi alarm
bagi kita semua untuk memperkuat perlindungan koridor satwa dan mengendalikan
pembukaan lahan liar serta perburuan ilegal,” tegas Ade.
Masyarakat di sekitar
Kecamatan Palupuh diimbau tetap tenang namun waspada, serta segera melapor ke
pihak berwenang jika melihat atau menemukan jejak harimau sumatera di sekitar
pemukiman.
Sebagai informasi, harimau
sumatera adalah satu-satunya subspesies harimau yang masih bertahan di
Indonesia. Populasinya di alam liar diperkirakan kurang dari 600 ekor dan
berstatus Kritis (Critically Endangered) menurut Daftar Merah IUCN.(*/zoe)
COMMENTS