Hentikan Polusi Plastik, Tingkatkan Kepedulian terhadap Sampah via Sumbar Bersatu
Padang Pariaman, Sindotime-Apel peringatan hari Lingkungan
Hidup se-Dunia 2025 tingkat Sumbar yang dipusatkan di Halaman Masjid Agung Syekh
Burhanuddin, Ulakan Tapakih, Padang Pariaman pada Kamis (5/6), menjadi momentum
bagi masyarakat Sumbar dalam meningkatkan kepedulian sekaligus menjadikan panggilan
moral, seruan aksi kolektif, dan momentum penyadaran bersama dalam hal penanganan
sampah.
Dengan mengangkat tema ending plastic pollution (hentikan
polusi plastik), hendaknya bisa mewujudkan tanggung jawab moral dalam menjawab
tantangan utama ancaman planet yang meliputi perubahan iklim, hilangnya
keanekaragaman hayati, dan polusi (UNEP, 2022).
“Hampir semua TPA kita di Sumbar overload. Dan sejumlah TPA juga menerapkan open dumping dan diberi
teguran oleh Menteri LH. Jadi kita tidak bisa hanya bicara di hilir, namun juga
harus mulai mengarah kepada pengelolaan sampah berbasis teknologi di TPA-TPA
dan Nagari-Nagari,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar, Tasliatul
Fuaddi mewakili Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah dalam apel, Kamis (5/6).
Dia menekankan kepada masyarakat untuk membudayakan
pemilahan sampah organik dan an organik di rumah tangga. Dan sampah an organik seperti
plastik, ada juga yang bisa dijadikan sumber pendapatan (circular economic). Bagi
pemerintah juga harus bisa melakukan pengangkutan sampah dengan cara terpilah.
Pemprov Sumbar melalui DLH Sumbar sendiri saat ini juga
getol melakukan kampanye peduli sampah lewat program Sumbar Bersatu (Sumbar
Bersih Sampah Terpadu). Mulai dari melakukan penyuluhan ke tingkat nagari-nagari,
mengandeng pihak perusahaan untuk peduli sampah, memperbanyak komunitas-komunitas
dan pokmas-pokmas peduli lingkungan, memperbanyak bank sampah dan sebagainya.
Termasuk mengkampanyekan dampak sampah kepada peserta iven
olahraga, seperti kejuaraan panahan piala kepala DLH Sumbar yang dilaksanakan
di Kompleks GOR H Agus Salim pada (30-31/5). Serta melakukan kuliah tujuh menit
yang bertemakan peduli sampah di berbagai masjid yang ada di Sumbar.
Sambutan Menteri LH/Kepala Badang Pengendalian LH yang
dibacakan Wakil Bupati Padang Pariaman, Rahmad Hidayat menegaskan, menurut UNEP
(Drowning in Plastics, 2021), dunia saat ini memproduksi lebih dari 400 juta
ton plastik setiap tahun, namun hanya kurang dari 10% yang berhasil didaur
ulang. Sisanya mencemari tanah, sungai, laut, dan bahkan telah terdeteksi dalam
rantai makanan manusia.
Di Indonesia, situasinya tak kalah memprihatinkan.
Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2023,
total timbulan sampah mencapai 56,6 juta ton, di mana sekitar 10,8 juta ton
atau hampir 20% adalah sampah plastik. Ironisnya, hanya 39,01% yang terkelola
secara layak, sementara sisanya berakhir di TPA open dumping, dibakar terbuka,
atau mencemari lingkungan (KLHK, 2023).
Dampak yang ditimbulkan dari “Polusi Plastik” sangat serius yakni
ekosistem laut rusak; biota seperti penyu, burung laut, dan ikan terancam; nelayan
kehilangan sumber penghidupan; biaya pengelolaan meningkat drastis, pariwisata
menurun karena pantai yang tercemar.
Ada dua pendekatan yang dilakukan, yakni hulu dan hilir. Untuk
hilir, melarang TPA open dumping secara bertahap; meningkatkan DAK dan insentif
bagi daerah; membangun infrastruktur pengolahan di 33 kota besar; dan
memperkuat skema Extended Producer Responsibility (EPR) bagi produsen.
Lalu di hulu yakni melarang impor scrap plastik (Permendag
2024), mendorong pembatasan plastik sekali pakai melalui perda-perda daerah; menggalakkan
edukasi publik dan ekonomi sirkular; serta menyusun regulasi pelarangan
produksi plastik sekali pakai yang sulit didaur ulang.
Kepada para gubernur, bupati, dan wali kota, diserukan untuk
segera membuat perda pelarangan plastik sekali pakai; bangun bank sampah dan
fasilitas daur ulang lokal; terapkan zero waste to landfill sebagai visi
bersama; jadikan sekolah, pasar, tempat ibadah, dan kantor; sebagai ruang
edukasi hidup tanpa sampah; apresiasi untuk para pejuang lingkungan.
Kepada dunia usaha produksi dan konsumsi harus bertanggung
jawab. Desain produk harus mudah diguna ulang, diisi ulang, dan didaur ulang.
Tidak ada lagi alasan untuk tetap memproduksi plastik yang tidak bisa diolah.
Dan kepada generasi muda Gen-Z dan Gen-Alpha, jadilah
pelopor gaya hidup minim plastic dengan bawa botol minum sendiri; tolak sedotan
plastik; gunakan tas belanja sendiri; pilih produk lokal yang berkelanjutan; aktif
ajak teman-teman untuk mulai kelola sampah; dan edukasi lingkungan melalui
media sosial.
Pada kesempatan itu juga dilakukan penyerahan
sarana-prasarana ke masyarakat atas sumbangan Pertamina Patra Niaga AFT
Minangkabau (3 unit tempat sampah terpilah dan satu solar biodigester), PT.
Semen Padang (10 unit tempat sampah), PT. Usaha Inti Padang (1 set tempat
sampah terpilah (5 unit) dan 1 unit drum komposter), PT. Japfa Comfeed
Indonesia (10 tempat sampah terpilah), PT. Kunango Jantan (1 sapi, komposter (3
unit), PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (1 set tempat sampah terpilah (5
unit) dan 4 drum komposter), PT. Angkasa Pura Indonesia (1 unit tempat sampah
240 liter), PT. PLN (Persero) Area Kabupaten Padang Pariaman (tiga unit tempat
sampah).
Serta pembersihan sampah di TPA yang ada di belakang Masjid
Agung Syekh Burhanuddin bersama para peserta apel dan masyarakat setempat.(zoe)
COMMENTS